Belakangan ini gw lagi suka banget, kalo nggak bisa disebut terobsesi dengan trilogi His Dark Materials karangan Phillip Pullman. Entah berapa malam berturut-turut gw sengaja mencari kesunyian untuk bisa berkonsentrasi melahap judul-judul The Golden Compass, The Subtle Knife, dan The Amber Spyglass. Sebenernya sih lebih baik waktu itu gw pake buat ngelembur kerjain laporan wawancara yang gw tunda-tunda dengan manisnya itu. Tapi berhubung fantasi jelas jauh lebih menarik daripada kenyataan... Yaaa... Kaset rekaman wawancara itu tetap meringkuk dengan manisnya di sudut kamar.
Awalnya gw mendengar tentang His Dark Materials adalah waktu film The Golden Compass mau rilis di tahun 2007. Apparently, there were many controversies regarding its release. Gw menerima e-mail yang pada khususnya memberi peringatan pada orangtua bahwa film ini sangat tidak disarankan untuk ditonton oleh anak-anak mereka. Katanya sih nilai-nilai yang dikandung dalam pesan film ini sangat bertentangan dengan semangat dan iman Kristiani. Gw sempet penasaran tapi nggak dipikirin lebih lanjut berhubung nggak gitu tertarik nonton juga.
Nah beberapa bulan lalu di suatu bazaar buku, gw kebetulan nemu buku novel The Golden Compass ini. Gw tipe orang yang nggak bisa liat buku didiskon tanpa dibeli, jadi ya berdasarkan dorongan impulsif semata itulah gw membeli novel itu walau nggak terlalu tertarik. Itung-itung ada bacaan baru lah. Eeehhh ternyata begitu baca... Gw begitu terhanyut dengan ceritanya, fantasinya, makhluk-makhluknya, hingga pesan-pesan yang coba disampaikan oleh pengarangnya. Begitu terhanyutnya sampe kemudian gw mesen secara online buku-buku berikutnya berhubung ngga nemu di toko buku.
IMO, His Dark Materials ini adalah buku fantasi terberat yang pernah gw baca. Dan gw sama sekali nggak heran kenapa dulu pernah ada e-mail warning seperti itu yang gw terima. Pesan yang terkandung dalam trilogi ini sungguh menggetarkan jiwa, jauh lebih hebat daripada heboh-heboh yang ditimbulkan The Da Vinci Code-nya Dan Brown. Dan Brown hanya sekedar mengungkapkan adanya interpretasi lain mengenai Injil. Phillip Pullman? Well, dia bicara mengenai hal yang lebih mendasar, mengenai ide yang kontroversial tentang Tuhan, tentang agama, dan tentang kehidupan itu sendiri. You have to read it by yourself, I'm not going to talk about it since I'm having difficulties in articulating his ideas.
Apapun dan sebagaimanapun kontroversialnya ide Phillip Pullman, gw tidak bisa menyangkal bahwa gw terpikat dengan salah satu idenya mengenai daemon. Daemon, menurut setting cerita ini, adalah manifestasi jiwa manusia yang berwujud hewan dengan jenis kelamin umumnya berlawanan dengan manusianya. Waktu seseorang masih kecil, wujud daemon masih bisa berubah-ubah sesuai dengan suasana hati atau kebutuhan manusianya. Begitu si manusia mencapai usia puber, barulah daemon itu mengambil bentuk tetap. Interpretasinya sih, daemon itu semacam karakter dan kepribadian manusia. Kepribadian dan karakter anak-anak masih bisa berubah-ubah, kemampuan kognitifnya pun belum berkembang dan belum tahu apa-apa. Tapi usia puber membawa perubahan pada banyak aspek perkembangan, baik fisik, kognisi, maupun emosi. Pada saat inilah, seseorang mulai menampakkan karakter sejatinya. *bener nggak ya ocehan gw ini?* Naahh bentuk daemon seseorang merupakan perwujudan karakter orangnya sendiri. Orang yang punya daemon anjing biasanya suka melayani orang lain, suka membuat orang senang, dan sebagainya. Daemon macan tutul yang garang ya artinya orang itu garang, arogan, angkuh, dan sebagainya.
Secara alami, begitu gw membaca mengenai daemon ini, gw langsung berfantasi andai di dunia ini, kita bisa melihat jiwa orang melalui daemonnya. Apalagi kan seru kemana-mana ada sebentuk hewan yang mendampingi kita tapi itu ternyata adalah jiwa kita. Nah, berdasarkan tes lucu-lucuan yang gw lakukan di internet, lo gugel aja kalo mau coba, pasti nemu kok, gw mendapatkan bentuk daemon gw adalah antara alternatif seperti elang, burung hantu, macan tutul, dan harimau siberia. Keren banget ya. Sampe nggak percaya... Soalnya dalam kehidupan nyata, hewan yang mendampingi gw kemana-mana selama ini nggak lain nggak bukan ya ini...
Haha. Beda banget kan tingkat kekerenannya sama binatang-binatang yang gw sebutin tadi? Psstt... Itu poto diambil pas dia lagi pipis lho... Hihihi... Itupun foto udah lama banget, sekarang makin buluk aja ni anjing. Well, sebuluk-buluknya dia, se-enggak keren-enggak kerennya dia, dialah daemon gw dalam kehidupan nyata. My Nyunyung, my little daemon that I'd love to cuddle every time I could.